RSS

Pelantikan REMO '15



Setelah merelakan akhir liburan semester dan selama seminggu disibukkan dengan rapat perencanaan acara, hari yang bersejarah ini akhirnya tiba. Hari Pelantikan dan Rapat Kerja sebagai pengurus UKM Rebana Modern Universitas Negeri Semarang periode 2015.

Seksi acara sudah memberi jargon untuk kumpul maksimal pukul 06.00 untuk panitia, tapi nyatanya molor juga. Pukul 06.30 adalah acara pembukaan yang diisi dengan penampilan rebana putri. Penampilan pertamaku bermain rebana bersama Mum dan mbak Solikah di rumus 1 sedangkan mbak Mae, Nisa dan Mimin bermain dengan rumus 2. Di tam ada mbak Celaila. Drum dipegang oleh mbak Nurul dan balasik dimainkan oleh mbak Eva. Penampilan perdanaku walaupun hasilnya tadi masih acak-acakan. Tapi itu sangat menyenangkan. Untuk memenuhi jatah waktu penampilan yang hanya 15 menit, cukup 3 lagu yang dimainkan. Akhmad ya habibie, ….., Busrolana.

Waktu latihan hanya 2 hari dan itu dilakukan disela-sela hari free rapat. Awalnya aku masih kebingungan dengan rumus 1 rebana untuk lagu Akhmad Ya Habibie yang aransemennya berbeda dengan yang telah aku pelajari. Mas Bagus sebagai guru privatku mungkin sampai jengkel karena ketidakpahamanku yang berkepanjangan di hari pertama itu. Karena sudah terbiasa mendengarkan nada-nada dari rumus 1 itu, akhirnya di hari kedua aku sudah mulai lanyah meromlan nada rumus 1. Setelah lancar rasanya jadi lebih mudah dan lebih enak untuk dimainkan.

Berhubung perwakilan dari UKM lain baru sedikit dan Pak Baidhowi selaku dosen pendamping Remo belum hadir, acara yang seharusnya mulai pukul 07.00 jadi molor sampai 08.00. Dalam selang waktu 1 jam itu, suasana jadi *krik-krik*. Setelah Bapak Baidhowi rawuh, acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan Zulfa sebagai dirigen dan pembacaan ayat suci AlQur’an oleh Bahaudin.

Ini dia acara intinya. Pelantikan. Semua pengurus sudah menempatkan diri di tempat yang sudah diatur oleh seksi acara dengan urutan berdampingan yaitu PH bersama Dakwah dan Budaya, Pendikar dan KWH, Humas dan Infokom, kemudian baru DKM dan BURT. Satu persatu pengurus maju setelah namanya disebut oleh MC. Urutan maju pertama adalah PH. Kemudian secara berturut-turut Pendikar, Humas, DKM, Dakwah dan Budaya, KWH, Infokom serta BURT mengikutinya. Pelafalan janji dan sumpah untuk mendedikasikan diri menjadi pengurus UKM Remo seraya menaruh kepalan tangan kanan di dada kiri yang didikte oleh Pak Bai berjalan khidmat. Mas Burhan, Ketua UKM Remo tahun lalu, menyerahkan LPJ Remo 2014 kepada Mas Ikrom selaku Ketua baru yang telah terpilih saat Musyare bulan Desember sebagai simbol serah terima jabatan. Sebagai saksi atas terlantiknya pengurus yang baru dan penyerahan jabatan, perwakilan dari UKM lain yang diundang turut membubuhkan tanda tangannya setelah ketua lama dan baru.

Bosan mendengarkan pidato dari ketua Panitia, ketua UKM dan dosen pandamping, ketika membolak-balik lembar demi lembar noteku, tanpa sengaja kutemukan sebuah cacatan dari sahabatku yang isinya “LIA AYUKA, to: EVA, Good Luck My Bestie”. Tulisan itu juga dikombinasi dengan emot peluk, smile dan cium. Aku tak tahu kapan dia menulisnya, tapi anggap saja itu sebagai ucapan secara tidak langsung darinya di hari pelantikan pertamaku. Terima kasih untuk kamu, Arum.

Pelantikan dan serah terima jabatan selesai dilaksanakan. Sebelum menginjak acara Rapat Kerja, tim Rebana Putra unjuk gigi bersholawat menggunakan nada lagunya Cita Citata, Sakitnya Tuh Disini.  Amazing. Tidak ada alat yang menganggur, semua dimainkan dengan kolaborasi yang indah sampai membelalak mata para penonton. Syalalalala Syalala. 

Rapat Kerja dibuka dengan pembacaan AD/ART yang sudah difixkan saat Musyare oleh bapak kami, ketua Remo yang baru, Mas Ikrom. Nampaknya tak banyak peserta sidang yang berminat dengan pembacaan AD/ART yang cukup memakan waktu hampir setengah jam.

Sidang pleno dimulai. Sesi pertama pemaparan progja PH, Pendikar, dan Humas. Kemudian diselingi ishoma dhuhur. Sesi kedua giliran Dakwah, DKM, Infokom dan KWH yang memaparkan program kerjanya. Sebelum dilanjut ke progja BURT, ishoma asar terlebih dahulu. Sesi terakhir sidang paripurna yaitu penetapan akhir seluruh program kerja semua divisi pengurus UKM Rebana Modern Unnes setelah mengalami banyak tanya jawab, sanggahan, pendapat para MPR (Majelis Permusyawaratan Remo).

Diantara sesi-sesi pemaparan progja, mas Burhan yang duduk disebelahku mengucapkan maaf kalau pertanyaan litsusnya aneh-aneh, menjelaskan kalau sudah kenal mbak puji itu orangnya baik dan memberikan wejangan PH harus kompak supaya bisa mengayomi divisi dibawahnya. Siap Mas, InsyaAllah.

Acara terakhir, sesi foto-foto. Foto perdivisi, foto seluruh fungsionaris Remo 2015 dan foto bareng mas mbak MPR yang hadir. Acara selesai, saatnya membersihkan PKMU lantai 2, saksi hari bersejarah bagiku.

Evaluasi kegiatan Pelantikan dan Rapat Kerja dilakukan sehabis magrib di pelataran Musrek alias Musholla Rektorat. Tidak jadi di tempat biasa kami rapat, sayap kanan Auditorium karena ada gladi bersih padus untuk Wisuda besok. Menginjak jam 7 malam, rapat ditunda sembari melaksanakan shlat isya berjamaah dan berlanjut pukul setengah 8.
Pengurus Remo '15 angkatane Bang Ikrom
Cinta Indonesia Cinta Sholawat
-25 Februari 2015-

Mak Iahan, Macapat Syafaat


Persiapan selesai. Tidak terlalu banyak tentengan. Hanya sebuah tas gendong dan plastik berisi cemilan.

Masih jam 5 pagi dan Sekaran belum bangun dari tidurnya. Hanya segelintir pengendara yang melintas sepanjang jalan Taman Siswa. Pemandangan berbeda terlihat di depan BNI Unnes. Alih-alih sepi, BNI Unnes justru ramai dibanjiri para Mahasiswa yang sangat antusias dengan kegiatan tour ini. Tour disini maksudnya adalah Mak Iahan dan menghadiri Macapat Syafaat di Jogja. 

Kegiatan ini rutin dilakukan oleh Pak Ilyas, dosen MKU PAI. Beliau mengajak seluruh Mahasiswa yang mengambil MKU di rombelnya untuk mengikuti kegiatan akhir semester ini dengan biaya sekitar 160.000.

Panitia bersusah payah membariskan kepala-kepala ini agar lebih mudah diabsen. Mereka adalah calon-calon yang akan mendapat nilai A untuk mata kuliah ini. Pak Ilyas menjanjikan barang siapa yang mau menjadi panitia, langsung dapat nilai A. Tapi tidak perlu khawatir bagi yang bukan panitia. Pak Ilyas memang dosen yang bisa dibilang paling santai tapi tidak menyantaikan. Beliau memperbolehkan kami tidak masuk dalam kelasnya tapi tetap menghitungnya masuk. Selain itu kami sudah dijamin minimal akan mendapatkan nilai B. Tak heran jika banyak Mahasiswa yang ingin mencari-cari rombel dimana Pak Ilyas mengajar.

Tiga jam berlalu. Bis yang ditunggu baru datang. Penempatan tempat duduk sesuai dengan urutan rombel. Rombel satu adalah bis A. Kududuki kursi keempat sebelah kanan agar tidak terlalu dibelakang. Pemandangan di luar terlihat buram dari kaca-kaca yang mengembun. AC yang dihidupkan membuat udara di dalam lebih dingin dibanding di luar.

Perjalananpun dimulai. Berangkat ke arah Ungaran dan berjalan terus ke selatan memutari perbukitan. SubhanAllah. Ciptaan Allah begitu indah. Sawah-sawah menghijau bak sajadah bumi yang tergelar. Langit membiru ditemani senyum mentari pagi dan awan putih yang menari-nari. Lagu-lagu pop dari CD tak ketinggalan meramaikan suasana.

Sebelum sampai di Jogja, melewati Kota Sejuta Bunga, Magelang. Benar-benar seribu bunga. Hampir di sepanjang kanan jalan dibuat taman dengan bunga-bunga yang mewarnai. Satu hal yang unik adalah tugu persimpangan yang terbuat dari susunan pot-pot yang berisi tumbuhan hijau. Ada  tulisan Kota Seribu Bunga yang terbuat pula dari susunan pot-pot tumbuhan hijau. Bupati Magelang sepertinya menunjukkan aksi nyata untuk kotanya.

Jarum pendek masih menunjuk angka 11. Bis sudah menghentikan langkahnya di sebuah Restoran. Rasanya perut ini masih penuh karena pada awal pemberangkatan tadi sudah ada pembagian makanan dan air mineral. Antrian kamar mandi masih saja mengular padahal baru beberapa jam yang lalu transit di SPBU. Cuaca dingin rupanya membuat sistem eksresi dari kulit dialihkan pada ginjal.

Disisi lain, seolah tak mau kalah dengan kamar mandi, antrian pengambilan makanan menjalar semakin panjang. Satu dari dua tempat yang disediakan terpaksa ditutup karena isinya sudah habis diserbu massa. Perjuangan untuk mendapatkan nasi, sayur kacang, ayam, kering tempe, semangka, krupuk dan teh hangat tidak sia-sia. Makan bersama devi, silvi, novi, ainun, eka dan seorang teman lainnya dalam satu menja bundar. Setelah memanjakan perut , kini saatnya mengajaknya olahraga sekaligus olahjiwa dengan sholat Dhuhur berjamaah.

Jam 1 menuju ke pondok Mak Iah. Apaan si sebenernya? Cuma ada materi dan tanya jawab tentang cara menjadi pendidik, cara mendidik, sekolah anak alam dan sekilas tentang Mak Iah. Masih enggak ngerti kok. Mendengarkan juga sambil ngantuk-ngantuk.

Menginjak waktu asar, langsung otw ke Malioboro. Sejenak memanjakan diri dengan berburu cinderamata khas Jogja. Alokasi waktu untuk sholat dan belanja hanya 2 jam. Dari setengah 4 harus kumpul lagi di tempat penurunan atau tempat parkir bus pukul 17.30. Sholat dulu di Musholla apa ya? Ah lupa. Masih nunggu ada yang ngantri pipis juga.

Pertama kalinya melihat meriahnya jalan Malioboro. Sepanjang jalan semuanya penjual, mulai yang punya toko, pedagang kaki lima sampai lesehan. Kalau tidak hati-hati menawar dan menata hati untuk beli seperlunya saja, pastilah seberapapun isi kantong langsung ludes waktu itu juga.

Sasaran pertama, beli kaos Jogja titipannya Lina. Untuk memilih warna dan ukuran saja sudah cukup menguras waktu. Dapat warna hijau harga 15 ribu. Kemudian berpindah ke penjual aksesoris. Beli 7 gelang yang ada tulisannya friend forever. Untuk aku, adik, arum, lisa, mela, lina. Silvi dan devi sepertinya sangat berminat denngan aksesoris. Mereka beli kalung juga. Yang tidak boleh ketinggalan adalah beli tas. 2 tas bertuliskan Jogja tapi yang biasa, warna putih. Harga satuan 15 ribu pas. Novi memborong 4 tas untuk oleh-oleh teman kosnya. Tertarik beli sandal Jogja. Pengen couplean. Baguse warna coklat krem, tapi gak ada pasangane. Akhirnya setelah berpusing-pusing memilih warna, ukuran, dan bentuk yang sesuai, sandal jogja warna pink dan ungu pun terbeli. 30 ribu 2 pasang. Udah banyak sekali ini. Yuk balik aja. Tidak lupa foto di depan tulisan Jln. Malioboro dengan kameranya Novi. Ngantri sama turis yang lain. Oleh-oleh untuk teman di kos, aku sama silvi beli bakpia. Mbungkus satu juga buat orang rumah. Gelang untuk hana, lina dan nurul tidak ketinggalan.

Waktu sudah menunjukkan jam 6 sore. Harus segera kembali. Tapi dimana bis kami? Ada ribuan bis berjejer di parkiran ini. Yang membuat prihatin adalah masalah sampah. Sampah dus makan dibuang begitu saja disamping bis. Apakah nanti akan dibuang lagi, atau tetap disitu? Itu sangat mengganggu perjalanan dan pemandangan.

Setelah menemukan bis kami, ternyata masih sepi. Hanya segelintir orang yang bercuap-cuap di dalam. Setidaknya ada sedikit waktu untuk melepas lelah. Sudah kumpul semua, kita tancap ke tempat makan yang tadi siang. Disini cukup lama. Untuk sholat magrib sekalian sholat isya juga, makan, pipis dan istirahat sampai jam 8 malam.

Semuanya sudah. Siap menuju Macapat Syafaat. Melewati pemukiman warga. Banyak yang menjual kacang rebus dan jajanan lain di depan rumahnya. Bukan dengan lampu, melainkan dengan obor atau lilin sebagai penerangan. Nuansa mistik menyelimuti perasaan ini. Dalam hati bertanya-tanya? Sebenarnya acara semacam apa ini?

Di sebuah pelataran rumah, terlihat pencahayaan yang lebih terang dari lainnnya. Bahkan bisa dikatakan paling terang. Disana sudah ada panggung, beberapa alat musik, terpal dan tikar besar. Dengan jaket almamater kuning, kami memenuhi tempat duduk lesehan itu. Suasana yang tidak nyaman. Banyak orang-orang merokok.

Beberapa saat kemudian, ketika pelataran rumah itu cukup penuh dengan kerumunan orang, para pemusik menaiki panggung dan mempersembahkan sebuah lagu. Entah apa namanya ini. Terbangan? Gamelan? Band? Perpaduan yang sangat indah dari beberapa aliran alat musik. Ada rebana, gamelan, biola juga. Permainan dari Kyai Kanjeng ini mampu membangkitkan jiwa-jiwa yang mengantuk.

Menjelang tengah malam, persiapan menyambut kehadiran Cak Nun. Pendapatku, sikap Pak Ilyas nampaknya meniru gaya Cak Nun. Selain Cak Nun ada juga Cak Sabrang, vokalis grub band Letto, sebagai pembicaranya dengan gaya yang tak mau kalah seperti Cak Nun. Satu motivasi yang paling aku ingat adalah seperti ini, “Ketidaktahuan terhadap masa depan adalah rahmat Tuhan yang paling tinggi karena jika kamu mengetahuinya, maka kamu akan saling merekayasa”.

Sudah 2 jam lewat dari tengah malam. Saatnya untuk pamit. Menengok kebelakang, banyak sekali penontonnya. Ada yang berdiri, duduk di motor, dan ada juga yang lesehan di sekitar rumah penduduk. Asap rokok semakin liar mengepul diantara sorot lampu.

Perjalanan malam yang melelahkan. Tidur di dalam bis membuat semua otot terasa kaku. Matahari belum memperlihatkan sorotnya. Hawa dingin kota semarang menusuk tulang. Satu hari penuh perjalan di Jogja yang menakjubkan.

-17 Januari 2014-

Pulaaang



Pulaaang. Akhirnya bisa pulang setelah hampir sebulan berkutat dengan agenda kuliah dan acara lain-lain. Kirain tiap sabtu minggu emang bisa libur, eh ternyata masih banyak noh acara-acara pada hari itu yang katanya wajib dihadiri oleh kami para maba. Jadi gak bisa pulang kan. Makanya mumpung gak ada acara gituan, akhir pekan ini banyak yang antusias pulang kampung. Katanya udah pada kangen sama keluarga di rumah. Terus juga biar bisa sholat idul adha bareng. Ayo siapa yang pulang? Ngacung. Guwe ikutan ngacung nih, guwe kan pulang. Hehe. Udah kangen berat sama orang rumah. Yang enggak pulang jangan sedih ya. Ntar kalau yang pada pulkam udah balik pasti kecipratan banyak jajanan, terutama daging mbiik, daging kambing maksutnya. Terus nyate deh bareng-bareng. :D  
Sebelum pulang, guwe dan teman-teman serombel harus ngelewatin satu hari dimana hari itu bernama Jumat. Bertepatan dengan pertemuan ke 4 mguwel Alel, eits bukan alel dalam biologi ya. Alel itu singkatan dari Aljabar Linier Elementer. Di pertemuan ke 4 itu kami udah ada kontrak untuk melaksanakan tes. Iya tesnya setiap 4 pertemuan sekali. Tau gak soalnya gimana? 3 soal 50 menit. Soalnya, buktikan bahwa ……… , tentukan nilai k  yang memenuhi, carilah penyelesaian dari …… . Pokoknya waw banget. Susaaah. Mana angkanya gak cantik pula. Itu tes mguwel pertama semenjak masuk univ. Gak kebayang deh kalau tesnya mguwel lain kaya apa. Lebih susah dan harus lebih mikir. Huhuhu. Oke lupakan Alel, apapun hasilnya, semoga baik. Aamiin Ya Rabbal Alamiin. Sekarang fokus ke pulang kampong. Yeee :D
Langsung ke kos. Sholat dhuhur dan prepare apa aja yang mau dibawa. Berangkat jam 2 dari kos. Gak langsung dapet angkutan, pas ada juga langsung penuh pas dimasukin. Untunglah gak telalu sesek. Menuruni jalan yang bergelombang dan berkelok-kelok. Jalan ke Unnes kan emang pegunungan jadi emang kaya gitu. Ada suatu jalan yang membentuk sebuah cembungan. Pas dilewatin, wuuw para penumpang angkot pasti jadi dempetan. Wehehe. Dengan biaya 4000, angkot hijau oren itu membawa kami sampai di depan PLN. Biayanya 4000. Dari PLN jalan ke kiri terus sampe ke halte Bus Trans.  Dan apa? Halte BRT sudah penuh sesak. Temen serombelku juga udah pada nunggu lama di situ, katane. Hhmm BRTnya gak dateng-dateng. Nah ada tuh BRTnya, tapi kok udah penuh banget. Gegara bus yang nyari penumpang berhenti pas di depan halte, jadine BRTnya berhenti agak di depan. Nurunin penumpang si, tapi masukinnya cuma 2 orang aja. Udah penuh, ampe banyak yang berdiri. Yaaah. Banyak yang nawarin alternative, mulai dari bus @5 ribu, angkot @5 ribu ampe taksi @7500. Hmm daripada makin lama nunggu, langsung aja deh naik bus. Syukur masih bisa duduk. Sebelahku ada seorang bapak. Bapaknya ngantuk, kadang sampe nyenggol guwe. Mau gak mau dudukku harus kedepan dikit. Setengah jam berlalu dan akhirnya sampai di pemberhentian selanjutnya, terminal Terboyo. Galau antara sholat dulu apa langsung ke bis. Guwe sama kak Ros udah masuk ke bis Harum, tapi si Silvi masih di bawah, mondar-mandir cari tempat sholat. Terus dia nelfon guwe ngajak sholat dulu. Hmmm daripada ntar gak sempet sholat, mending sholat sekarang ya. Nanti pasti dapet bis lain. Sekalian biar langsung buka puasa. Hehehe. Guwe turun tapi kak Ros masih tetep di dalam bis. Oke gak papa. Sehabis sholat bis harum yang tadi udah gak ada. Ganti bis harum yang lain. Di dalem bis itu guwe ketemu temen SMP guwe, Eva Liyana. Sekarang dia di Undip. Sama-sama pulkam. Kasian penumpang yang berdiri dari Terboyo sampe Terminal Induk Kudus. Bayarnya tetep sama, 8000. Beruntungnya masih dapet tempat duduk. Enggak capek, bisa tidur, lihat pemandangan pula. Berhentinya di pom bensin deket Hypermart terus nunggu dijemput deh. Dijemput ayahanda tercintah. Masih sama, bapak kalau naik motor mbleyer-mbleyer. Bikin dag dig dug. Alhamdulillah bawa roti. Bisa buka puasa di jalan. Katanekan disunnahkan menyegerakan berbuka. Wehehew.
Assalamualaikum ya ibu, ya adik. Cieee seneng banget aku pulang. Haha kangen ya. Uuuuh masih disisain banyak jajanan. Ada Serena monde, stick, uceng-uceng. Makan sama acem-acem kangkung dan satu piring penuh ikan kapas, ditambah capcin lengkap rasa duren 3500 yang dibeliin bapak. Bobok berdua lagi sama ephiey, adik guwe yang kadang suka nyebelin. Ketemu sama guling kesayangan aku, I miss you. Asiknya.
Hari kedua di rumah. Sarapan yang istimewa, oseng kangkung buatan mama. Lahap sekali. Perbaikan gizi coy. Wkwkwk. Dan seperti biasa, mesti disuruh nganter Ephiey sekolah. Ya untuk kali ini dengan senang hati dilakukan. Kenapa? Udah lama gak naik motor. Jadi kepengen merasakan nuansa seger pagi hari. Maunya sekalian modus biar dibeliin leker yang deket SMP 1. Yaah malah gak jual. Nasib-nasib. Pas perjalanan balik, gak lewat jalan raya tapi lewat jalan dalem. Ngelewatin sawah-sawah, oooh indahnya. Dibeliin bubur ketan item sama mamah. Waah jadi terharu. Libur di rumah, malah enak-enak santai-santai. Mau nyari buku buat di bawa ke kos kok males ya. Nonton tv, ftv di sctv. Waaaaaa ada Ridwan Ghani. Pas banget nih, cizeee. Malem harinya beli tas di toko biasanya. Malah tutup. Yaudah sekalian mampir ke rumah barunya Mb Yuli aja. Sebelume beli jus wortel dulu, biar mata tetep sehat. Wuuu rumahe bagus banget. Banyak jajanan disana, ayo diratani. Wkwkw mumpung ada. Hehe dasar. Udah ngemil dibeliin mie ayam lagi. Aduh tau aja, udah lama gak maem mie ayam.
Hari ketiga. Sholat idul adha jam 5.45. Banyak hewan yang akan dikurbankan, sapi 3, kerbau 1 dan kambing 6. Kapan bisa kurban ya? InsyaAllah tahun depan pasti bisa. Habis sholat bisa makan. Kan sunnahnya makan setelah sholat. Makan hangkue, enak. Soto ayam yang kemarin masih bisa dimakan. Dapet 3 kresek daging kurban. Isinya gak ada yang kambing, soalnya pada gak suka kambing. Bapak si suka, tapi gak boleh. Ntar kolestrol lagi. Dagingnya dibuat abon. Buat tak bawa ke Semarang.
……
Yaaah libur berasa sebentar banget. Barusan aja pulang, udah harus balik lagi ke Semarang. Senin, setengah 8, habis ngenterin adik sekolah. Dan pak lekerpun tidak berjualan. Emang gak jodoh sama leker kali ya. Padahal udah pengen banget. Kenapa semua bis yang lewat penuh semua. Yang pertama tak tolak karena udah penuh, masa mau berdiri Kudus-Semarang. Capek atuh. Yang kedua juaga penuh. Nunggu hampir lama, yang ketigapun penuh, tapi apa boleh buat. Masuk ajalah daripada tambah lama lagi. Dan kenyataan yang harus dijalanani adalah berdiri. Tasnya aku taruh bawah ajah, abis berat si. Uhuhuhuhu capeknya berdiri terpontang-panting. Enaknya yang duduk, pada bisa tidur. Aku nih yang berdiri, pegel semua. Gak enak. Ternyata begitu rasanya. 

2 September 2014



Hay, September. Ciyee yang udah dinanti-nanti akhirnya dateng juga. :)

Tidak seperti biasanya, ulang tahun kali ini lebih bernuansa berbeda. Untuk pertama kalinya aku tidak merayakannya bersama keluarga di rumah, melainkan disini, di rumah keduaku, Kost Wisma Muwardi.

Aku menunggu orang special yang akan mengucapkan selamat ulang tahun padaku tepat tengah malam. Tapi sepertinya khayalanku terlalu tinggi jika aku mengharap seseorang special itu. Tepat pukul 00.02, bukanlah sms dari seseorang yang special justru sms dari kartu Tri. Si kartu always on ini memang selalu mengirim pesan setiap malam tentang sisa kuota internet. Sempat kecewa.

Terima kasih untuk Sole, sobatku yang kini di Undip. Yang sms pada pukul 02.51. Walaupun hanya sebuah kata-kata singkat tapi kamu menjadi orang yang pertama kali mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Semangat ospeknya ya. Kangeen.

Yang paling penting adalah ucapan dan doa dari keluarga tercinta. Biarpun Bapak tidak secara langsung mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku seperti adik dan Ibu, aku tahu ayah pasti selalu mendoakanku. Doakan aku disini baik-baik saja dan bisa menjadi yang lebih baik Pak, Bu. Aku akan berusaha untuk tidak  mengecewakan kalian. Sebelum keberangkatanku ke Semarang, aku sudah tukar menukar kado dengan adikku. Adikku membelikan aku jam tangan berwarna putih. Tapi sekarang sudah mati dan warnanya berubah menjadi kecoklatan. Sedangkan aku memberi hadiah untuknya sebuah sweeter dengan uang hasilku bekerja menjaga warnet selama libur sehabis UAN.

Umami, temi, yutemi. Panggilan untuk temanku yang ternyata masih ada hubungan saudara jauh denganku. Dalam smsnya, dia begitu heboh sekali. Iya aku tau kamu masih 17 tahun. Masih unyu-unyu, katanya.

Ehem, ada yang gagal ngasih surprise nih. Ceritanya itu karena Hpnya yang mati jadi belum bisa ngasih surprise.  Kasihan. Belum bisa jadi orang yang pertama, terpaksa jadi orang ke-enam yang mengucapkan selamat ulang tahun. Aku masih menunggu kejutan dari kamu.

Aku pikir, my bestieku, Ayum, yang sekarang ada di IKIP Semarang melupakan ulang tahun sahabatnya tercinta ini. Tidak mungkin. Dia hanya ingin member kesan dengan mengucapi jam 2 siang lebih 9 menit. 02.09. Seperti kelahiranku, 2 September. Kamu memang kreatif sekali. Kangen kamu.

Aku tidak menyangka kalau Yut akan menelfon dan menyanyikan lagu Happy Birthday untukku. Dengan nakalnya dia menyebutku pesek. Menyebalkan. (Ecco Victor Alfa Wisky Uniform Lima Alfa November Sierra Alfa Romeo India), katanya itu adalah sandi pelayaran untuk namaku. Bisa-bisa aku melting dibuatnya. Kemapa kamu tidak bisa seromantis ini ya?

Dan ini yang paling membuatku semi terkejut. Setelah selesai ditelfon, aku kembali ke kamar. Silvi, teman sekamarku, keluar dari kamar. Lampu kamar tampak gelap. Katanya di dalam tidak ada orang dan untuk menghemat listrik. Namun saat aku membuka pintu kamar, lampu tiba-tiba dinyalakan. Di kamar yang sekarang sudah terang, terlihat 5 orang dengan setampah nasi tumpeng ala kadarnya menyanyikan lagu selamat ulang tahun untukku. Aku tidak terlalu terkejut dengan kejutan ini, karena sebelumnya si Hana salah mengirim sms. Yang seharusnya bertanya pada Lina apakah hari ini ulang tahunku, malah dikirimnya ke aku. Lucu sekali. Biar begitu ini tetap menjadi surprise terindah untukku.

Kokom dan Deot, aku senang kalian masih ingat kepadaku. Walaupun kalian telat mengucapinya tapi terima kasih. Jangan lupakan aku kawan. Ndot apa lupa dengan ulang tahunku atau memang tidak perduli? :(

Terima kasih juga untuk Lintut, Samilul, Fanteh, mbak rizki, mbak fifi dan orang-rang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Aku sayang kalian. :*

-- --------------- -- 2


Engkaulah getar pertama yang meruntuhkan gerbang tak berujungku mengenal hidup
Engkaulah tetes embun pertama yang menyesatkan dahagaku dalam cinta tak bermuara
Engkaulah matahari Firdausku yang menyinari kata pertama di cakrawala aksara

Kau hadir dengan ketiadaan
Sederhana dalam ketidakmengertian
Gerakmu tiada pasti
Namun, aku terus disini
Mencintaimu

Entah kenapa

------------------------------

Aku bosan diam
Aku ingin berteriak lantang
Menembus segenap celah dan semua lubang
Merasuk ke gendang telinga semua orang
Aku mencintainya

------------------------------

Takkan kuhadirkan kakiku ke sana
Takkan pula kuhadapkan mataku untuk melihatnya
Aku akan dirasuki jutaan imaji tentang dirimu dengannya
Bagaimana kalian bersama
Dan, betapa seharusnya kamu tidak di sana


-- MUDIK 2013 --


Hai, enggak kerasa udah lebaran lagi. Padahal rasa-rasanya baru kemaren lebaran. Yang khas dari lebaran pastinya adalah kebiasaan mudik alias pulang kampung. Kumpul-kumpul bareng keluarga besar pasti begitu menyenangkan. Sekedar melepaskan penat dari gencatan pekerjaan yang selalu membayangi. Ada banyak cara yang dilakukan orang-orang untuk pulang kampong. Mulai dari naik motor, mobil, bahkan ngebis. Dan guwe pernah ngerasain dan nyoba semua cara itu.

Dulu, dulu dan dulu banget, waktu jaman-jaman SD. Mudik masih pake motor. Satu motor harus terbagi untuk 4 orang. Guwe, adik guwe, ayah dan ibu. Guwe duduk di depan menduduki tas baju.
Beberapa tahun mungkin cara itu masih bisa digunakan. Tapi guwe makin bertambah umur, guwe makin tumbuh. Terakhir kali cara itu dipakai adalah pas guwe kelas 1 SMP. Bener-bener cara yang melelahkan. Apalagi guwe harus duduk didepan menduduki tas baju dengan kaki gumantung. Pernah ayah nyuruh guwe buat naruh kaki di atas knalpot. Yaah pastilah panas pak.

Untungnya semua bisa berubah. Ada sedikit rezeki dari Allah sehingga kami bisa membeli mobil. Walaupun hanya sekedar mobil tua hijau kebiruan bermerk Mitsubisi, itu adalah anugerah Allah yang sangat besar. Kami akrab memanggilnya Si Kumis. Kenapa? Karena kalau dilihat dari depan, mobil ini seperti memiliki kumis. Yang paling lucu dari mobil ini adalah setiap kali reting dinyalakan, pasti akan berbunyi tut tut tut. Kadang ketawa sendiri denger bunyinya.

Si Kumis ini terdiri dari 3 baris. Dulu sewaktu punya mobil masih menjadi cita-cita semata, kami sering bersepakat kalau ayah dan ibu duduk di kursi depan sedangkan anak-anak di kursi belakang. Tapi sekarang setelah semua jadi kenyataan, adik milih buat duduk di kursi depan, ibu di baris ke dua dan guwe di belakang. Di belakang guwe bisa tidur dengan bantal yang empuk. Kaki diluruskan. Di temani lagu-lagu dari Rhoma Irama dan AB3. Hmmm nyaman rasanya.

Itu saat guwe kelas 2 SMP.

Kelas 3 SMP untungnya masih ada Si Kumis. Tahun itu lebaran terheboh mungkin. Saat semua saudara-saudara guwe, anak-anak dan cucu nenek, yang jauh maupun yang dekat semuanya hadir. Rame sekali. Yang dari Sumatra, Lek Ron, dari Serang, Lek Zun, dari Jakarta, Lek To dan Lek Kun, dari Kudus, guwe sekeluarga, dan yang masih di Jepara ada Lek Sidik, Pakde sunawi dan Lek Sah. Senangnya dibawain banyak jajan. Hmmm bisa jalan-jalan bareng lihat pantai dan benteng portugis.

Emm ya. Mobilpun gak bertahan lama. Sebelum lebaran berikutnya, mobilnya harus dijual. Jadi naik apa lebaran kita selanjutnya? Guwe dilangsir duluan alias dianter duluan. Jadi guwe menikmati malem takbiran dan solat Idul Fitri di Jepara. Baru setelah Solat Idul Fitri, ayah, ibu dan adik berangkat dari rumah.

Tahun lalu, 2012. Guwe udah SMA kelas 2. Tahun itu mudiknya setelah solat id. Mudik pake roda 2. Dari Kudus ke Jepara guwe boncengin adek guwe naik Millow. Alias mio kuning. Bapak sama ibuk. Di perjalanan, setiap beberapa menit ato kalo tangan udah mulai capek ngegas, istirahat deh dipinggir jalan sambil makan jajan dan minum seadanya yang udah dibawa dari umah. Kaya piknik gitu lah. Biarpun Alon-alon waton kelakon. Yang guwe masih inget, bapak mbeliin guwe sarung tangan. Biar tangan guwe gak item. Seneng deh.

++++++

Nah, beginilah lebaran kali ini. 2013. Saat tak ada kendaraan yang pantas untuk berempat. Hahaha.

Awalnya guwe dan adek mau dianter dulu kerumah lek sah di H-2. Kenapa harus dilangsir? Iyalah mau gimana lagi coba. Motor cuma atu. Tapi untungnya tetangga depan rumah guwe baek orangnya. Guwe dan adek ditawari buat bareng naek mobil. Sekalian gitu lah, soalnya mereka juga mudik ke Jepara di H-3. Rutenya memang sama, tapi rumah lek sah lebih jauh dari tujuan mereka. Mereka mau nganter kok. Hehehe Alhamdulillah. Daripada bapak kecapean harus nganter bolak-balik, ya kan.

Hal yang paling seru yang guwe lakuin disana adalah ………  mengisikan nasi ke dalam daun pisang. Buat apa hayo? Buat lontong. Padahal biasanya disana kalau buat lontong cuma pake plastik. Tahun ini berbeda. Terus terus apa lagi? Emmm guwe bantu marutin telo. Uiih capek bener. Tapi seru, asik.

Pulang. Seharusnya kita bisa pulang di H+2 bareng Lek Sulis naek mobil. Sekalian mereka mau njemput anaknya yang sakit di Pati. Yah tapi gak jadi. Adek guwe, biasalah.

Jadinya pulang jam 2 di H+3. Naek bis dengan mamah.  Adek dan Bapak naek motor. Kedua kalinya guwe naek bis dari Jepara. Huuuuft. Bis pertama dari Keling ke Siripan. Udara yang guwe hirup banyak tercemar asap rokok. Depan, belakang, semua ngerokok. Kontur dataran di Jepara gak rata lagi. Jalan-jalan bergelombang dan berlubang. Terus bis kedua dari Siripan ke Kudus. Bisnya lebih kecil dan kursinya lebih sedikit. Padahal udah gak ada kursi kosong dan udah banyak orang yang berdiri, eee masih aja nambah penumang terus. Sumpek, pengap, panas. Apalagi yang ini ada extra ndangdut dan super ngebut banget. Mantep dah. Sampe rumah, teparrrrr.

Naah gitu deh cara mudik ala keluarga guwe. Setiapp tahun ganti model, ganti gaya, ganti kendaraan. Hehehehe.

Dan gitu deh aktivitas mudik guwe tiap tahunnya.  
(to be continued - 2014)

-- --------------- --


Ini bukan puisi atau narasi
Hanya sepenggal ungkapan hati
Yang lelah menanti dan hampir mati
Bertahan dalam sepi, sunyi dan sendiri

Sampai kapan aku harus menunggu
Dalam kelabu sikapmu padaku
Jika semua harapan nyatanya palsu
Membuatku makin meradu

Pertanyaan besar dariku
Jika aku menghilang akankah kau merindu
Atau justru senang terbebas dari belenggu
Aku ingin jawab darimu

Ingin aku cari penggantimu
Biar cepat rasaku berlalu
Namun tak bisa aku meragu
Aku selalu mengharap kamu

By : EVA WULANSARI :D
Copyright 2009 EVIVA SARI. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy